Siang,
Matahari sedang pulas di balik awan, mungkin memang hanya sedang mengalah agar tidak memberikan keluh akibat teriknya siang yang biasa mengucurkan keringat.
Aku? juga sedang pulas di alam pikiranku, ikut mengalah dari keinginan mempersengketakan apapun yang mau kau debat tentang caraku mencintaimu. Aku mencoba untuk tetap diam dan bersikap manis, sambil menunggu makan siang kemudian bergerak untuk melangsungkannya. Tapi perasaanku kemudian bangun, untuk mengatakan banyak hal yang selama ini ditawan pikiranku..
Perihal kamu....
Begini,
Aku mencintaimu dengan kata yang tidak bisa terjelaskan oleh lidahku, tapi bathinku banyak mengadu pada Tuhan tentang bagaimana kondisiku terhadapmu. Meski akhirnya selalu kau tanyakan juga, sikapku memang kadang tak tahu harus dimodelkan serupa apa untuk bisa berhasil membuatmu tetap denganku. Ku takutkan ini hampir-hampir terlihat obsesi, padahal sejadi-jadinya ini adalah kesungguhanku yang mau denganmu.
Masa lalumu? Menurutku?
Oh jangan kau kira, aku tetap saja manusia biasa yang kadang punya rasa cemburu yang tidak beraturan, terhadap apapun yang pernah terjadi dalam hidupmu tanpa melibatkanku kau kira itu baik-baik saja bagiku?
andai,,, andai bisa ku tukar semua waktuku untuk membawamu pulang ke masa lalumu demi menggantikan siapa pun yang pernah ada di sana denganmu, aku mau!
seandainya bisa ku hapus semua ingatan yang ada di kepalamu perihal fase hidup mana pun yang tidak menyertakan aku di dalamnya, aku mau membelinya dengan harga nyawaku, aku mau!
Rasa cemburu yang membuatku tenggelam, dan tidak melihat masa depan kita dengan jelas, ku kira itu buruk, dan mesti ku tangani sendiri. Sederhana, caranya adalah dengan tidak membuatmu tahu betapa aku menyimpan perasaan cemburu yang teramat sangat, setidaknya pikiranku mengingatkan tentang apa yang masuk di kepala untuk bisa ditolerir tentang perasaan cemburu dan apa yang hanya sekedar ironi. Harus ku pahami dengan otakku, bahwa waktu adalah sesuatu yang dipunyai oleh Pemiliknya, disertai dengan penguasaan yang matang tentang akan menempatkan dan memberlakukan apa di sana. Termasuk di waktumu masa lalu, aku tidak di sana untuk menjadi siapa-siapa, aku tidak memiliki hak apapun di sana untuk menentukan kau harus bagaimana.
Lalu cinta selalu mengajak saya untuk yakin, bahwa saat ini adalah waktu terbaik untuk ditempatkan dalam kehidupanmu, sambil banyak menaruh harapan semoga itu adalah untuk waktu yang panjang, hingga Tuhan berkata "Ayo Pulang! sudah waktunya"
Tidak ada cara bagiku untuk menerima diriku sendiri yang mau mengajakmu hidup, selain aku membuat diriku sendiri menerima apa yang pernah ada di kepalamu, di perasaanmu beserta beragam nama yang pernah mampir di sana, sembari tetap percaya, apapun yang pernah kita lalui sebelum bersama adalah tidak lain jalan untuk saling menemukan.
Aku mencintaimu, dengan menerimamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar